Monday, September 26, 2011

"Proud to be Statictician"

setelah  magradika kami diberi tugas oleh panitia pendamping untuk membuat essay "Proud to be Staticitician" dan hasilnya inilah essay yang bisa saya buat dengan mengeluarkan keringat, berjuang dengan sepenuh hati sampai titik darah penghabisan.. he he..lebay ya... yasuddd... langsung aja yah....

“PROUD TO BE STATICTICIAN”
            Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, nama sebuah perguruan tinggi yang baru terdengar di telinga saya ketika kelas 2 SMA, tak pernah terpikir untuk mendaftar bahkan bermimpi menjadi seorang statistisi sebelumnya. Tapi ternyata takdir saya adalah menjadi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Statistik setelah saya lulus dari SMA Negeri 1 Polewali.
            Saya akan menceritakan sedikit mengenai proses masuk di STIS. Waktu itu kami sedang ujian semester (Sabtu, Desember 2010), salah seorang guru saya masuk ke ruangan pada saat saya sedang asyik-asyiknya mengerjakan soal ujian, beliau mengumumkan tentang penerimaan mahasiswa baru STIS melalui jalur PMDK dan tesnya akan diadakan hari senin, saya pun ikut mendaftarkan diri. Kalau ditanya alasannya, mungkin jawabnya karena saya ingin memperbesar peluang diterima di perguruan tinggi.
            Pada hari minggu, sehari sebelum tes saya membuka kembali buku teks matematika kelas 2 SMA dan mempelajari sedikit tentang statistic, karena perkiraan saya soal yang akan diujikan besoknya adalah soal-soal mengenai statistic, karena nama sekolanya “Sekolah Tinggi Ilmu Statistik”. Eh tak disangka ternyata tesnya sama sekali tidak ada yang mengenai statistic. Tes dimulai pukul 10 pagi, setelah sebelumnya dosen STIS, Pak Edi  yang datang langsung ke daerah kami untuk mengadakan tes bercerita sedikit tentang apa itu STIS.
            Tesnya berlangsung lumayan lama, dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore, waktu itu tesnya diikuti oleh 3 SMA yang ada di kabupaten Polewali Mandar. Bahan yang diujikan adalah tes psikologi. Jenis tes psikologinya lumayan banyak, ada yang mencocokkan gambar, memindahkan huruf dan nomor, menggambar, memilih antara A atau B yang menjadi karakter kita dan tes matematika yang dipelajari oleh anak SD, banyak orang yang mengatakan tes matematika itu adalah matematika dasar, tapi menurut saya itu bukan matematika dasar, tapi termasuk ke dalam tes psikologi, mengapa? Karena tes matematika dasar untuk ukuran anak kelas 3 SMA tidak mungkin semudah itu.
            Tes pun berakhir dan kami semua pulang ke rumah untuk istirahat, setelah seharian duduk mengerjakan tes psikologi tersebut. Esok harinya saya dan teman-teman harus mengikuti ujian susulan karena kami tidak ikut ujian saat mengikuti tes jalur PMDK STIS. Setelah ujian semester berakhir, saya dan teman-teman yang ikut tes STIS masih harus disibukkan dengan mengurus berkas-berkas yang harus dikirimkan ke STIS, mulai dari fotocopy raport, keterangan peringkat, dan masih ada beberapa yang sudah saya lupa.. J. Setelah semuanya selesai barulah saya mempunyai waktu untuk libur, dan yang satu ini saya manfaatkan untuk mengunjungi nenek saya di kampung.
            Pengumuman tes tahap I adalah tanggal 31 Januari, nama saya tertera di kertas pengumuman, saya sangat senang. Dalam benak saya sudah terbayang mimpi pergi ke Jakarta yang sebelumnya saya impi-impikan akan tercapai melalui lomba-lomba yang saya ikuti, tapi satu pun tidak ada yang bisa menwujudkan keinginan saya untuk menginjakkan kaki di Jakarta. Rangkaian tes belum berakhir di situ, setelah pengumuman tes tahap pertama kami masih harus mengikuti tes tahap kedua, yaitu tes kesehatan, dan puji Tuhan tanpa bercerita panjang lebar lagi saya dinyatakan lulus tes kesehatan, tapi dibalik rasa senang itu, kami juga bersedih setelah salah seorang teman kami dinyatakan tidak lulus tes kesehatan. Untuk teman kami yang satu ini semangat yah! Mungkin jalanmu bukan di sini, masih ada jalan lain yang bahkan lebih baik dari menjadi seorang statistisi yang telah dipersiapkan oleh Tuhan untukmu J.
            Setelah tiba di Jakarta, mengikuti matrikulasi, jalan-jalan di akhir minggu bersama teman-teman, kemudian pulang kembali ke Sulawesi karena kami diberi libur lebih dari sebulan dan kemudian kembali lagi ke Jakarta, mengikuti rangkian pra magradika sampai magradika yang telah selesai, kini langkah kami untuk menjadi seorang statistisi semakin dekat saja. Rasanya sudah tak sabar mengenakan Pakaian Ikatan Dinas (PDA) STIS dengan warna biru cerahnya.
            Kalau ditanya apakah saya bangga menjadi salah seorang dari Mahasiswa Baru STIS tahun ini, tentu saja saya akan menjawab bahwa saya sangat bangga. Rasa bangga dan senang saya mungkin tidak dapat terlukiskan hanya dengan kata-kata. Menjadi seorang statistisi memang bukanlah cita-cita saya sejak dulu, bahkan memikirkan pun tidak pernah. Tapi kini saya membuktikan sebuah kalimat yang mengatakan bahwa “Tuhan tidak memberikan apa yang kamu inginkan, tapi Ia memberikan apa yang kamu butuhkan”. Mungkin saya memang sudah ditakdirkan menjadi mahasiswa STIS dan jika Tuhan berkehendak nantinya menjadi seorang statistisi yang bekerja pada Badan Pusat Statistik (BPS) dan menyajikan data apa adanya, objektif tanpa rekayasa, seperti lirik dalam Mars STIS.
            Saya sering mendengar dari beberapa orang, khususnya dari kalangan mahasiswa yang mengatakan bahwa statistic itu sulit. Saya pernah membaca status seseorang di Facebook yang isinya kurang lebih seperti ini “Statistik STAN aja bikin saya muntah-muntah, gimana di STIS ya?”. Ya, seperti kata bapak ibu dosen pada saat Stadium General Magradika bahwa kuliah di STIS kami akan selalu diperhadapkan dengan matematika setiap harinya, ini mungkin akan menjadi tantangan tersendiri bagi kami, kami yang sewaktu SMA hanya belajar matematika sebanyak dua kali pertemuan dalam seminggu, sekarang harus siap untuk menghadapinya setiap hari, dan bukan matematika biasa tapi matematika statistic yang banyak ditakuti oleh orang-orang.
            Saat magradika kemarin, itu adalah saat-saat dimana kami harus memiliki manajemen waktu yang baik, kami harus mengerjakan seabrek tugas yang diberikan dan harus dikumpulkan keesokan harinya, bahkan sering sampai lupa makan, tapi setelah magradika saya jadi sadar mengenai satu hal bahwa mungkin akan seperti inilah kami saat berkerja nanti, sehingga kami harus mampu menjadi pribadi yang cekatan mengerjakan tugas tapi tidak lupa menjaga kesehatan. Pekerjaan menjadi seorang statistisi untuk saat ini mungkin masih sedikit awam bagi saya, saya belum tahu seperti apa kami ke depannya, apa saja yang akan kami lakukan, tapi seiring berjalannya waktu jika Tuhan mengijinkan saya menyelesaikan kuliah di STIS saya pasti akan mengerti. Sudah tidak sabar rasanya bekerja di BPS, apalagi ketika kami mengunjungi kantor pusat BPS beberapa hari yang lalu, saya sempat terharu melihat gedung besar itu apalagi ketika stadium general di auditorium lantai sepuluh, ketika itu pemberi materinya adalah Bapak Dr.Suryamin, M.Sc, beliau adalah sekretaris utama BPS RI, suatu kesempatan langka yang mebuat saya terharu.
            BPS professional, integritas dan amanah. Ketiga hal itulah yang menjadi nilai-nilai BPS dan menjadi pondasi dalam menjalankan tugasnya. Sebagai mahasiswa STIS  sekaligus calon statistisi ke depannya, kami tentunya harus memiliki semua nilai-nilai itu, oleh karena itu dibalik semua kebanggan bahwa nantinya jika Tuhan mengijinkan saya akan menjadi seorang statistisi, juga masih ada banyak hal lain yang harus saya miliki agar nantinya saya benar-benar menjadi PNS yang professional, integritas dan amanah. 
            Ke depannya saya berharap bisa memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saya untuk bisa menjadi tenaga yang handal bagi BPS.  Kata-kata “proud to be statistician” harus ditunjang oleh banyak hal baik dari segi akademik maupun perilaku. Jalan yang telah ditunjukkan oleh Tuhan ini harus saya gunakan sebaik-baiknya, seperti kata Prof. Dr. Abuzar Azra pada saat sharing alumni di auditorium BPS beberapa hari yang lalu, “jangan berpikir untuk membuat jus apel jika kamu memiliki buah jeruk”. Buah jeruk yang saya miliki sekarang, yaitu menjadi seorang mahasiswi STIS akan saya pergunakan sebaik-baiknya semampu saya agar saya benar-benar bisa mewujudkan kebanggaan saya menjadi seorang statistisi, bukan hanya bagi saya tapi bagi teman-teman, keluarga dan kedua orang tua yang selalu mendoakan saya.
            Untuk masyarakat Indonesia, untuk pemerintah saya akan berusaha. Saya percaya bahwa BPS selalu menjunjung tinggi nilai-nilai professional, integritas dan amanahnya, karena mereka melakukan semuanya dari awal secara bersih, dimulai dari proses penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru STIS yang mereka selenggarakan secara bersih saya percaya nantinya STIS juga akan mencetak tenaga professional bagi BPS yang bersih. Saya bangga menjadi bagian dari STIS dan BPS, semoga saya dapat mempersembahkan yang terbaik, Amin.
by : degree of freedom (METSTAT)
53 semangat!! 53 Jaya.......
he he.... skarang mau lanjut kerja tugas yang lain lagi........ semangat!!!!