Sunday, August 07, 2011

Paerengan dan Lebonna

Sebuah cerita rakyat dari Tana Toraja, bisa dikatakan ini adalah Romeo 'n' Juliet versi Toraja.

Dulu nih, duluuuuu banget sampe nggak tahu tahun berapa... he he he, hiduplah seorang gadis cantik, kulit putih, rambut panjang, hidung mancung dan tubuh tinggi semampai, Ia berasal dari daerah Bau bonggakaradeng. Namanya Lebonna, karena kecantikannya banyak cowok pada zaman itu yang naksir sama dia.


Suatu hari, ia jatuh cinta sama seorang cowok yang tampan dan pemberani juga sakti, Dialah Massudilalong Paerengan. Nah.... ternyata cinta Lebonna pun terbalaskan oleh Paerengan, mereka pun memutuskan untuk menjalin kasih dan berjanji untuk sehidup semati, juga dikuburkan di tempat yang sama.


Naahhh.... seiring berjalannya waktu nih, hubungan mereka semakin mesra aja, hal ini tentunya membuat para gadis dan pria yang naksir sama Paerengan dan Lebonna jadi iri... he he he


suatu hari nih, terdengarlah kabar bahwa daerah tetangga akan melakukan penyerangan, nah sebagai seorang Ksatria dan pemberani Paerengan diperintahkan untuk terjun langsung ke medan perang sebagai pemimpin. mereka pun akhirnya berangkat ke medan pertempuran, yang dalam bahasa torajanya, perang ini biasa disebut "Mangrari".


Tapi, secara diam-diam ternyata ada salah seorang dari prajurit Paerengan yang meninggalkan medan perang dan pulang ke kampung,. Ia menemui Lebonna yang asik menenun sambil menunggu Paerengan pulang, ia berbohong bahwa Paerengan telah mati di medan perang. hati Lebonna sangat hancur mendengar kabar itu. sang prajurit ini berpura-pura sedih untuk menarik simpati Lebonna agar Lebonna jatuh ke dalam pelukannya, tapi trik jahatnya ini tidak mempengaruhi Lebonna sama sekali, Ia mengunci diri di kamar dan merenungkan tentang janji sehidup sematinya dengan Paerengan, berhari hari ia tidak makan dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri untuk membuktikan cinta sucinya kepada Paerengan. Lebonna diupacarakan dengan cara dialuk (orang toraja melakukan upacara kematian untuk menghormati orang yang telah meninggal) sebelum Ia dikuburkan di dalam sebuah gua atau liang di desa Salubarani di Lembang Bua Kayu. Menurut cerita nih, pas pintu gua atau liang mau ditutup rapat, ternyata rambut panjang Lebonna masih menjuntai keluar, konon katanya Ia tidak rela dikuburkan sendiri, Ia ingin dikuburkan bersama Paerengan, sesuai dengan janji mereka dulu.


Setelah Paerengan memenangkan pertempuran, Ia pun pulang dan ingin segera menemui kekasihnya Lebonna. Tetapi alangkah terkejutnya Paerengan ketika tahu bahwa Lebonna telah meninggal, alangkah terpuruknya Paerengan, kekasih yang sangat dicintainya ternyata telah pergi untuk selama-lamanya. 


Setelah mengetahui kabar meninggalnya Lebonna, hari-hari Paerengan pun berubah suram, Ia tak bersemangat lagi seperti dulu. Ia terus merenung, merenungi akan janji sehidup semati mereka.


Tersebutlah seorang tangan kanan atau orang kepercayaan Paerengan bernama Dodeng. Dodeng ini ceritanya punya pohon enau yang dekat dengan kuburan Lebonna. Pada suatu hari Si Dodeng ini telat buat ngambil nira/arak/tuak yang harusnya diambil pada pagi dan sore hari, ia mengambilnya pada petang hari setelah matahari terbenam. 



Waktu si Dodeng lagi ngambil arak nih, terdengar ada suara yang manggil-manggil dia, dia ngerasa kalau suara itu tidak asing dan akhirnya Ia menyadari bahwa itu adalah suara Lebonna, kekasih tuannya, Paerengan. apakah tujuan Lebonna menyapa Dodeng? tentunya ada pesan yang ingin ia sampaikan pada Massudilalong Paerengan. masyarakat Toraja mengenal pesan yang disampaikan Lebonna tersebut melalui sebuah lagu.. (lagu ini kemudian menjadi favorit saya beberapa hari ini... he he he)... kita simak laguna....

Dodeng Mangrambi mang dedek
Dodeng Ma’patuang –tuak

Rampanan pi pededekmu
Anna pi pe pamaru’mu
Ammu perangngi na’ mati’
Ammu tanding talinga na’

Parampoan na’ kadangku
Pepasan mase-maseku
Lako to massudi lalong
Muane sang kalamma’ku

Mukua Duka
La sang mate ki’ e so’e
Paerengan oo rendengku

Angku dolo angku mate
Angku ma’ paliu aku
Tae’ sia la matena
Lasisarakna’ sunga’na
Kandean bo’bo’ na lebon
Rimbakan pote bolongna

Ulli’-ulli’ sola duka
Borro sito’doan duka
Urriu ponno lalanna
Tarru kandu passuleanna


Sedikit arti dari lirik lagu diatas adalah :
Hei.. Dodeng yang mengambil tuak, hentikanlah dahulu aktivitasmu. Dengarlah pesan deritaku… untuk kekasihku Massudilalong…. Katanya akan sependeritaan… Juga sehidup-semati…. Aku telah duluan mati, dan saya selalu berharap janji kita akan kau tepati. Tapi apa? Itu semua Cuma bohong, ia masih hidup tapi saya telah mati.

Mendengar suara itu, Dodeng langsung mengambil langkah seribu dan pulang ke rumah, ia tak sempat lagi mengambil tuak. Sesampainya di rumah, ia langsung keringat dingin dan langsung jatuh sakit.

Dodeng tidak menceritakan hal ini kepada Paerengan karena masih belum yakin apakah suara Lebonna itu benar-benar ada ataukah itu hanya halusinasinya saja. Untuk meyakinkan dirinya, setelah sehat kembali Ia pergi lagi ke pohon enau dekat Liang tempat Lebonna disemayamkan, dan alangkah terkejutnya Dodeng ketika suara Lebonna kembali terdengar, ia pun kembali pulang dengan terbirit-birit. Sejak saat itu sikap Dodeng berubah, melihat perubahan itu Paerengan mendesak Dodeng untuk menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Akhirnya Dodeng menceritakan tentang suara yang ia dengar tersebut.


Tak percaya dengan hal itu, Paerengan pun ikut saat Dodeng pergi mengambil tuak di pohon enau dekat Liang Lebonna tersebut, dan alangkah terkejutnya ia ketika mendengar sendiri suara rintihan kepedihan Lebonna tersebut. Ia pun pulang dan kembali merenung tentang janji sehidup semati mereka berdua. 


Paerengan pun telah mengambil keputusan, ia menyuruh semua pengawalnya mengumpulkan tombak, ia mengatakan bahwa ia akan mengadakan upacara "Merok", menyembelih kerbau dengan cara ditombak. Esoknya semua pasukan berkumpul di lapangan terbuka dengan tombak yang telah siap, keluarga Paerengan juga hadir dalam upacara tersebut. Ia lalu naik ke atas pendopo, orang-orang berpikir bahwa ia akan berpidato, karena memang begitu lazimnya yang dilakukan oleh pemimpin ketika upacara ini diadakan. Tetapi ternyata Paerengan melompat dari atas pendopo tepat diatas ratusan mata tombak yang telah ditancapkan sebelumnya. Paerengan pun mati secara mengenaskan. Ia telah menepati janji sehidup semati pada kekasih yang sangat dicintainya.


Paerengan dimakamkan tidak sama dengan tempat Lebonna dimakamkan, hal ini membuat arwahnya tidak tenang dan jenazahnya selalu muncul di rumahnya, hal ini terjadi sebanyak tiga kali. Akhirnya Dodeng pun menceritakan hal ini kepada keluarga Paerengan. Jenazah Paerengan pun dipindahkan bersama dengan Lebonna dalam satu liang setelah itu arwahnya pun tenang....


Ceritanya fiksi banget yaa... kalau dipikir ini adalah hal yang mustahil terjadi di zaman cyber kayak sekarang.. tapi cerita tetaplah cerita, kita nggak tau apakah hal seperti itu bener-benar terjadi di masa lalu, benarkah arwah bisa tidak tenang karena menunggu kekasihnya untuk menepati janji....... 


Cerita ini sudah bergulir secara turun temurun di Tana Toraja, mungkin sebagai penghibur buat anak-anak, semacam dongeng mau tidur gitu.. he he.. tapi di setiap cerita pasti ada hikmahnya, terlepas dari betul atau tidaknya kisah ini, kita bisa mengambil sebuah hikmah bahwa jangan sembarang mengumbar janji, karena kita nggak tahu bisa menepati atau nggak, apalagi janji sehidup semati.. yang arti harfiahnya satu hidup satu mati, gue hidup lo aja yang mati... he he he he......



No comments:

Post a Comment